Mengeja Waktu

April 20, 2012 § 18 Komentar

Seringkali, kebermaknaan terhadap keberadaan orang di samping kita baru terasa saat mereka tak lagi ada atau sejenak dibentangkan oleh jarak.

Seringkali, kita menganggap perhatian dan kebaikan orang di sekeliling kita adalah suatu keniscayaan dan tak istimewa. Dan, sekali lagi akan merindukannya saat tak lagi tersentuh keberadaannya. Padahal, kalau kita mau jujur, keberadaan mereka adalah anugerah terindah dari Allah.

“Ka, ada rawon tuh, di mangkuk. Tadi aku dikasih, trus aku inget waktu itu kamu pernah bilang pengen rawon.” Ah…kau selalu begitu. Padahal aku sendiri sudah lupa kapan pernah mengatakan itu. Padahal, aku tahu itu bisa kau habiskan untuk lauk makan siangmu. Tapi, kau tak menghabiskannya. Kau ingat aku.

Aku jadi ingat saat lain kau sengaja membeli sebuah jeruk padahal aku tahu kau sangat susah makan buah. “Itu aku beliin jeruk,” katamu. Jeruk adalah buah kesukaanku dan tak hanya sekali dua kali kau membelikannya satu buah khusus untukku.

Ah, waktu cepat sekali berlalu, tiba-tiba semuanya telah menjadi masa yang telah berlalu. Tak ada lagi sebuah jeruk untukku kalau aku tak sengaja membelinya sendiri. Tak ada lagi menyantap bakso bersama untuk mengurai kusut di otak. Tak ada lagi makan es krim bersama kalau aku tak menyengaja berlibur ke kotamu.

Kau, apakabar harimu?

Di sini hujan;

Kalau kau yang ada di sini, pasti kau sudah membuka tirai jendela atau bahkan duduk termenung memandangi hujan di teras depan pintu.

Depok, 19:04:12

§ 18 Responses to Mengeja Waktu

Tinggalkan komentar

What’s this?

You are currently reading Mengeja Waktu at langit LANGIT.

meta